Kehidupan
Dunia Clubbers
Kelompok :
• Ghea Octora (2006.100.293)
• Malai Matahari (2006.100.863)
• Pratiwi (2006.101.260)
• Putri Widyasari (2006.100.766)
Adv 10-2B
Jakarta, 23 Juni 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL(COVER).........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB 1. LATAR BELAKANG
I.1. Permasalahan Penelitian...............................................................1
I.2. Perumusan Masalah......................................................................2
I.3. Tujuan Penelitian...........................................................................3
BAB 2. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Clubbing.....................................................................4
II.2. Clubbing ”menghilangkan kepenatan”..........................................4
II.2.1. TipeClubbers.................................................................6
II.2.1.1 Si Gaul............................................................7
II.2.1.2 Club Icon & Celebrities......................................8
II.2.1.3 Tukang Ribut / Mafia.........................................8
II.1.2.4 Druggies...........................................................9
II.1.2.5 Cewe-cowok yg joget di deket DJ / DJ booth........9
II.3. Clubbing “Rave Party”..................................................................
II.4. Manipulasi Halal Menggaet Clubber………………………………
BAB 3. PENUTUP
III.1. Kesimpulan..................................................................................
III.2. Kesan..........................................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
LATAR BELAKANG
Maraknya dunia CLUBBING saat ini di ibukota sudah bukan merupakan suatu hobby melainkan sudah menjadi kebutuhan yang sulit untuk di tinggalkan khususnya oleh anak muda Jakarta.
Mereka cendrung lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bersenang – senang seperti jalan ke mall, nongkrong di café, atau bahkan sampai menghabiskan waktu untuk sekedar pergi ke diskotek, lounge atau club – club malam. Bahkan banyak diantara mereka yang menjadikan clubbing sebagai alat untuk melepas stress dan kepenatan dirumah dan tidak jarang juga mereka menyukai clubbing karena memang sudah hobby berat. Seperti contohnya yanti (salah satu siswi smu terkemuka di jakarta) menjadikan clubbing sebagai sarana untuk mencari hiburan, ia lebih memilih clubbing di malam minggu bersama teman – temannya..
Akan tetapi tidak semua anak muda menghabiskan waktu mereka dengan clubbing ada juga yang lebih memilih menghabiskan waktu akhir pekan mereka dengan makan – makan di restaurant bersama teman – teman atau nonton di bioskop. Dunia clubbing sebenarnya dapat membawa akibat yang buruk bagi remaja – remaja karena biasanya dunia hiburan malam sangat dekat sekali dengan kejahatan seperti narkoba,free sex, dll. Bahkan ada beberapa opini yang mengatakan bahwa clubbing ke diskotek tanpa narkoba ibarat sayur tanpa garam selain dekat dengan kejahatan clubbing juga dapat menghabiskan uang,bayangkan saja untuk sekali clubbing para clubbers ( sebutan untuk mereka yang hobby clubbing ).sedikitnya mesti mengeluarkan 100 ribu rupiah untuk bayar cover charge dan minuman baik non – alcohol maupun yang beralcohol.
Mengapa anak muda sekarang cendrung menjadikan clubbing sebagai suatu lifestyle bahkan mereka kerap menjadikan Clubbing sebagai Hobby ?
Mereka menjadikan clubbing menjadi suatu lifestyle atau hobby karena pada usia – usia seperti mereka (remaja) keadaan kejiwaan mereka sedang labil mereka masih tahap mencari jati diri maka kerap kali alasan mereka clubbing atas dasar biar ikut trend karena ikut temen. Karena pada awalnya mereka clubbing atas dasar ikut – ikutan temen akhirnya mereka menjadi ketagihan untuk terus clubbing.
I.1 Permasalahan Penelitian
Fakta – fakta dunia malam (kehidupan di tempat hiburan malam) yang sudah bukan menjadi tradisi atau hobi tetrapi menjadi ritual yang tidak dapat ditinggalkan khususnya oleh anak muda di Jakarta maupun kota – kota besar lainnya untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas di siang hari (berutinitas) dan menikmati hausnya akan suasana malam seperti pergi ke sesuatu Club yang menyediakan sarana hiburan yang bisa menghilangkan stres atau yang kita sering dengar dengan sebutan Clubbing.
Maraknya dunia clubbing di kalangan clubbers mempunyai dampak – dampak bagi mereka baik dari segi positif dan negartif, walaupun sampai sekarang penilaian negatif terhadap para clubbers masih sangat melekat.
Para clubbers seakan tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan, bercerita dengan bangga, bahkan menganggap bahwa clubbing adalah kewajaran, trend, dan hanyalah cara penghilang kepenatan dari aktifitas harian mereka, lebih jauh lagi. Banyak yang secara terang – terangan membentuk komunitas tertentu yang kemudian membisniskan clubbing ini dengan menjadi promotor yang menggelar suatu acara Rave Party berskala besar (ada yang tahunan bahkan bulanan) dengan mendatangkan DJ kelas dunia dari luar negeri yang pada akhirnya mendatangkan rupiah dalam jumlah besar (menjadikan salah satu hal positif) akan tetapi terus mereka gunakan untuk bersenang – senang dalam dunia gemerlap.
Berdasarkan permasalahan di atas maka kami menjadikan Kehidupan Dunia Clubbers sebagai bahan penelitian yang kami bahas dalam tugas Sosiologi ini.
I.2 Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini kami merumuskan masalah sebagai berikut :
Alasan dan pendapat Mengapa para anak muda sekarang cendrung menjadikan clubbing sebagai suatu lifestyle atau keharusahan bahkan mereka kerap menjadikan clubbing bukan hanya sebagai tradisi maupun hobi? Dikarenakan mereka yang berada pada usia remaja – remaja ini masih memiliki keadaan jiwa yang sedang labil dalam tahap pencaharian jati diri maka kerap kali mengikuti trend atau ikut – ikut teman juga menjadi alasan mereka. Yang pada awalnya hanya ikut teman akhirnya menjadi ketagihan untuk terus clubbing atau hanya atas dasar mengikuti trend saja dan dampak – dampak yang timbulkan dari kebiasaan yang mereka lakukan pada saat melakukan kegiatan hiburan malam tersebut.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui tentang gaya hidup para clubbers, alasan mereka memilih clubbing daripada kegiaatan lainnya, pendapat beberapa orang tentang clubbers dan untuk membuat aware para clubbers supaya bisa lebih tahu tipe-tipe orang yang beredar di dalam club dan supaya tidak salah mengambil sikap dalam keadaan dan kondisi tertentu.
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Clubbing
Pernah denger istilah dugem, kan? Saat ini, memang tak sedikit anak muda yang keranjingan dugem (dunia gemerlap malam) atau istilah lainnya dulalip (dunia kelap kelip malam). Dugem adalah kebiasaan sebagian anak muda perkotaan yang, meminjam kata-kata pakar bisnis terkemuka, Pak Rhenald Kasali, high maintenance. Mereka rata-rata berasal dari keluarga berada, dan gemar mengikuti berbagai tren gaya hidup yang lagi hot.
Entah sejak kapan istilah dugem mulai populer di kancah gaul anak-anak muda kota besar. Tapi kayaknya, bagi mereka, dugem merupakan alternatif untuk mengisi waktu di akhir pekan. Biasanya sih, mereka itu nongkrong di kafe, dengerin musik di pub, nyanyi di rumah karaoke, joget di diskotek atau jalan-jalan keliling kota lalu nongkrong di tempat tertentu hingga menjelang pagi.
Kalau diamati, penampilan anak-anak yang suka dugem juga sangat khas. Mereka itu suka dandan modis, gemar begadang, punya bahasa pergaulan sendiri, dan tidak keberatan merogoh koceknya (hingga berapa pun) demi membayar cover charge (tarif masuk) dan makanan yang mereka nikmati di tempat clubbing (begitu mereka menyebut aktivitas kumpul-kumpul di tempat hiburan malam).
Kalau ditanya alasan mereka dugem, jawabannya macem-macem. Ada yang beralasan untuk melepas stres, ada pula yang ingin mencari kesenangan atau refreshing di akhir pekan. Tak sedikit pula yang dugem dengan alasan untuk melepaskan tekanan atau kepenatan di rumah. Malah, ada juga yang dugem lantaran mengaku sudah hobi berat.
Kata clubbing sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dunia para profesional muda. Kegiatan clubbing juga akhir-akhir ini semakin marak dilakukan, terutama setelah waktu kerja selesai. Namun, clubbing yang dimaksudkan dalam makalah ini bukanlah kegiatan mengunjungi kafe-kafe untuk sosialisasi dan mencari hiburan. Clubbing yang dimaksud di sini adalah mengikuti berbagai kegiatan dalam sebuah klub atau organisasi internasional nirlaba, yang keanggotaannya tidak berafiliasi pada negara, agama, ras, ataupun aliran tertentu.
II.2 Clubbing ”menghilangkan kepenatan”
BETE (bosan) dengan seabrek rutinitas dan masalah setiap harinya, membuat hidup jadi jenuh. Bayangkan, tugas kuliah menumpuk, belum lagi masalah keluarga dan ribut dengan pacar. Nah, kalau tidak tahan dipendam, ya beberapa anak muda pilih tempat nongkrong untuk hang out alias dugem (dunia gemerlap) buat ngilangin kepenatan dan kejenuhan. Dugem sudah menjadi fenomena kaum muda perkotaan yang kini banyak jadi pilihan menghilangkan kepenatan hidup.
Tetapi, sebenarnya bukan saja karena suntuk, lalu pergi dugem. Ada juga yang sekadar buat kumpul dengan teman-teman, ngobrol tentang banyak hal di lokasi yang berbeda dengan iringan musik. Sebut saja Laila, mahasiswi kampus swasta di kota ini, mengaku hanya sesekali pergi dugem. "Paling sebulan sekali. Menurutnya dia datang cuma pengin happy aja kok," . Laila mengaku saat dugem, hilang sejenak perasaan jenuh itu. Kalau lagi pengin ke sana ya datang saja," kata dia. Tetapi, dia mengaku hanya menikmati house music, turun ke lantai sebentar lalu menikmati soft drink. Selebihnya, "Terserah deh yang lain, mau ngapain. Mirna, mahasiswi semester akhir sebuah perguruan tinggi, mengaku pernah sekali datang karena diajak teman. "Mirna habis putus dengan pacar. Dia merasa sedih banget dan enggak enak ngapa-ngapain. Lalu salah satu temannya mengajak dugem, katanya tempatnya asyik jadi bisa buang kesedihan,". Menurut dia, sekali sudah cukup. Mirna mengaku tidak begitu suka dengan ingar-bingar musik yang disuguhkan di lokasi dugem. Beda dengan Silvia. Dia menilai dugem ada positifnya. Dia mengaku makin banyak kenalan, "Wah banyak yang pergi dugem. Mereka dari kalangan mana pun, ada masih mahasiswa, pebisnis, pemusik, dan sebagainya, "kata Silvia, Menurut dia, yang penting kontrol diri, batas mana larut dalam dugem. "Ya biasa sajalah seperti menikmati musik di rumah, lalu ngobol santai dengan banyak orang," ujarnya.
II.2.1 Tipe Clubbers
II.2.1.1 Si Gaul
Yanti, cewek asal Jakarta, mengaku suka dugem untuk mencari hiburan. ''Itu pun rame-rame sama temen-temen satu geng. Biasanya, gue dugem pada malam Minggu, nongkrong di parkiran PS (Plaza Senayan). Biasa, cuci mata dulu, setelah bosen kita-kita lanjut ke diskotek,'' tutur siswi salah satu SMU terkemuka di Jakarta ini. Hampir sama dengan Yanti, Lady yang juga pelajar SMU di Jakarta bilang, dugem itu ya pergi ke diskotek atau tempat hiburan malam lainnya. ''Dugem di malam minggu? Wah, kayaknya asyik banget deh. Kita bisa kumpul bareng, dengerin musik favorit sambil berdisko. Menurut mereka pikiran penat langsung ilang''.
II.2.1.2 Club Icon & Celebrities
Dengan mengusung irama musik jenis R n B yang menjadi favorit anak muda saat ini, penampilan band-band lokal semakin mendukung keinginan mereka untuk datang dan datang lagi setiap harinya ke berbagai tempat hiburan tersebut. Terbukti, mereka antusias untuk mengetahui jadwal acara apa saja yang akan diselenggarakan mendatang.
Selain itu, sajian musik slow dan tidak ingar-bingar seperti house music di diskotek, membuat pengunjung betah berlama-lama hingga lima jam berada di dalam kafe. "Kalau sudah asyik hang out, ngobrol, dengar musik bisa sampai pukul 3.00 pagi. Itu juga tergantung apakah karena dengan teman-teman atau ada artis ibukota yang tampil," ujar wanita yang biasanya pergi dugem dari pukul 22.00 WIB ini.
II.2.1.3 Tukang Ribut
Karena dugem benar-benar merupakan aktivitas yang membuang-buang uang alias wasting money. Bayangkan aja, untuk sekali dugem para clubber (istilah untuk mereka yang hobi clubbing di diskotek) sedikitnya minimum harus mengeluarkan 100 ribu rupiah untuk bayar cover charge dan minuman, baik non-alkohol maupun beralkohol. Dan biasanya mereka yang sudah mabuk tidak jarang sekali membuat keonaran demi mencari perhatian atau memang efek dari alcohol itu sendiri.
II.1.2.4 Druggies
Selain minuman beralkohol, diskotek dan tempat hiburan malam umumnya juga 'dekat' dengan narkoba. Bahkan ada yang bilang, dugem ke diskotek tanpa narkoba ibarat sayur tanpa garam!
Dedi Fernando, mantan pelajar SMU 38 Jakarta, yang pernah keranjingan dugem. Tapi kini, Dedi tak mau deket-deket lagi sama yang namanya dugem. Di matanya, dugem nggak ada manfaatnya. ''Siapa bilang ngedugem itu asyik dan dapat menghilangkan stres. Yang ada gue malah tambah stres, hidup gue jadi rumit dan nggak karuan. Udah gitu, ngabis-ngabisin duit lagi''. Jelas Dedi, tak sedikit temen-temennya yang keseringan dugem malah jadi orang stres beneran. Betapa tidak, banyak temennya yang suka dugem, terjerumus narkoba. Duit mereka habis, harta benda orangtuanya juga habis dijual hanya untuk hura-hura dan beli narkoba. ''Malah, ada yang dipenjara karena pas ada razia diskotek, dia kedapatan sedang pakai narkoba. Pokoknya ngedugem itu malah menimbulkan banyak masalah, kalau bisa gak usah ikut – ikutan kalau tidak mau terjerumus.
II.1.2.5 Cewe - cowo yg joget di deket DJ / DJ booth
Berbeda dengan suasana yang tampak di sebuah tempat refreshing di Jln. Sumatra Bandung, penampilan pengunjung berusia 20 hingga 30 tahun tampak seperti parade mode. Sejak pukul 23.30 WIB, kaum wanita berusia sekira 20-25 berjalan melenggang masuk hingga ke depan seorang DJ yang sedang beraksi di atas panggung. Balutan busana yang mereka kenakan sebenarnya kurang sesuai dengan hawa sejuk di ruangan remang-remang khas tempat dugem. Parade mode terlihat mulai dari setelan jeans/rok mini dipadu kaus ketat/tank-top/ kemben, sepatu high heels beserta potongan rambut ala J-Pop yang memberi kesan ringan, tipis, dan berfokus pada poni. Ini semakin menunjukkan bahwa mereka tak hanya hadir di tempat dugem untuk menikmati musik, namun juga ingin tampil modis dan mejeng. Sementara kaum pria lebih memilih mengenakan T-shirt, celana jeans lurus atau berpotongan lebar ala breaker dan sepatu sneakers. Terbukti, dugem sukses memengaruhi dunia anak muda saat ini. Pengunjungnya, tak hanya berasal dari para pelanggannya yang memang kentara terlihat dari bahasa tubuh mereka dan caranya menikmati musik.
II.3. Clubbing “Rave Party”
Setahun belakangan, pesta dansa tak cuma ada di keremangan klub malam atau diskotik. Di kawasan pantai berombak, kebun teh, bahkan di sekitar lereng gunung pun jadi. Asalkan ada lahan luas, perangkat musik berdaya besar, disk jockey andal, serta bar dadakan, para penggemar dunia hiburan malam (clubbers) pun asyik bergoyang sampai pagi. Malam baru beranjak larut menyelimuti kawasan Pantai Bandulu, Anyer, Banten – Jawa Barat. Tak seperti lazimnya, sepi suasana yang kerap merayapi dataran berpasir putih tepat di samping hotel Sol Elite Marbela itu berubah dalam kemeriahan nan riuh oleh dentuman musik serta gemerlap cahaya. Sejak memasuki pelataran parkirnya, bising musik berirama house, R&B, dan techno menggema dari arah pantai. Cahaya obor bertebaran sisi menyisi di kiri dan kanan jalan. Seperti marka pemandu jalan, ”lampu” yang terbuat dari tiang pancang bambu berisi kain berbalur minyak tanah itu terpancang hingga menuju lapangan pasir di bibir pantai. Tampaknya, dari situlah suara dentuman musik berasal. Lapangan pasir yang biasanya terbuka untuk khalayak ramai ini telah disekat bilik bambu panjang hingga ke batas terakhir ombak biasa menjilati kawasan tersebut. Hasilnya, sangat terisolasi dari dunia di luarnya. Pantai Bandulu berubah menjadi ajang pesta dansa Paranoia Aquasonic Dance Out, - sebuah ajang dansa yang kerap hanya bisa kita nikmati dalam sebuah diskotek.
Terlihat, muda-mudi dari usia belasan tahun hingga clubbers (penggemar dunia hiburan malam) dewasa berusia tiga puluh tahunan berbaur menyemuti sebuah panggung yang hanya berukuran 2x3 meter. Berdandan sangat seksi—mulai dari yang mengenakan model tank top berpadu celana pendek jins ketat sampai hanya memakai pakaian dalam yang dipadukan dengan rok pendek, perempuan-perempuan muda itu bergoyang bersama pria pasangannya. Kendati tak sedang berada di atas lantai keramik, mereka tetap asyik menikmati goyangnya yang segendang sepermainan dengan irama electro soul hasil racikan Dj (disk jockey). Tak sedikit di antara clubbers melepaskan sepatunya. Kebanyakan, alas kaki mereka malam itu memang hanya berupa sandal atau sepatu sport. Mungkin, pasir pantai terlalu mengganggu gerakan kaki mereka selama berdansa, Jadinya nyokor membuat mereka tampak lebih bebas berjingkrak. Sekitar dua puluh meter dari situ, satu panggung lainnya, panggung dua, mengumbar keriuhan suasana musik yang tak kalah seru. Di sana, berbagai DJ meracik irama – irama yang membuat para clubbers bergoyang. Mereka tampak berhasil menghipnotis ratusan clubbers untuk tak henti bergoyang. Mereka betul-betul hanyut dalam irama. Mungkin, lantaran nuansa berdansa di tengah udara pantai terbuka sungguh berbeda dari yang biasanya mereka rasakan. Tak lain, lantaran ingar bingar musik house dan techno yang ditingkahi suara deburan ombak. Bukan tak mungkin, suasana semakin tambah ”panas”. Sebabnya, tiap kali irama menghentak, cahaya lampu laser warna hijau yang berada tepat di antara kedua sisi panggung tersebut menjadi penerang area dansa. Berpijar dalam berbagai formasi bentuk permainan cahaya, tampaklah siluet para clubbers tengah hanyut dalam goyangannya. Di sisi lain area pantai di situ, para disk jockey pun ikut meramaikan suasana pesat dengan menggelar deep house music dan R&B atau hip-hop. Jika di arena panggung utama satu dan dua para pengunjung tua muda berbaur, di kedua panggung ini lebih didominasi kaum ABG (Anak Baru Gede). Kendati hanya menggunakan lampu tembak seperti lazimnya konser musik rock, keriuhan suasana di sini tak kurang seru. Seakan berlomba mendekati sang Dj, para muda-mudi ABG itu lebih banyak menyemut di bibir panggung. Bergerombol saling bergandengan tangan, mereka berdansa sembari sesekali serempak berteriak mengikuti titah para Dj. Tak kenal lelah, aksi para Dj dan clubbers itu semakin atraktif dan membakar suasana muda-mudi yang baru berdatangan. Jumlah mereka semakin bertambah hingga tengah malam menjelang. Ternyata, bukan cuma datang dari sekitar Jakarta, clubbers asal luar Jakarta pun ternyata kedapatan melongok ajang pesta pantai ini. Sebagai penambah variasi, panitia pun menyediakan gerai tattoo yang terletak di samping panggung hip-hop. Meski hanya bermodalkan lampu petromaks dan tepat di bawah pohon kelapa, para pasangan clubber banyak yang menyempatkan sejenak singgah di situ. Para gadis muda yang mengenakan tank top, seperti tampak sengaja membiarkan tubuh belakangnya digerusi tinta hitam dengan berbagai corak tattoo. Sementara yang pria, lengan atau dadanya pun tak luput mendapatkan giliran dihiasi jarah tersebut. Alhasil, selain berdansa, pemandangan malam itu pun seolah ajang pamer tattoo. Haus karena lelah terlalu lama bergoyang? Tak perlu keluar dari arena, sebab sebuah bar dadakan sudah disiapkan oleh panitia. Mulai dari minuman mineral sampai yang mengandung alkohol pun tersedia di sana. Tak heran, sembari rehat menikmati minumannya, tak sedikit clubbers yang datang berpasang-pasangan itu duduk menggelosor begitu saja di lantaran hamparan pasir yang menjadi lantai dansanya. Hanya sejenak, setelah itu mereka pun sudah kembali larut ke tengah keriuhan. Kalau sudah begini, niscaya, Anda pun sulit keluar dari arena dansa!
Memang, itulah yang para panitia buat agar suasana semakin ramai dan hidup menurut mereke. Menggelar pesta dansa yang unik, berharap tak mengecewakan parapengunjungnya.
II.4. Manipulasi Halal Menggaet Clubber
Namanya Biosampler. Meski baru muncul dua tahun lalu, kelompok asal Bandung ini cepat melekat di telinga para penyuka party zone dan clubbing scenes. Kedua istilah ini digunakan komunitas clubber yang bosan dengan clubbing di kafe atau diskotek. Mereka memilih "pesta" di tempat terbuka. Pilihannya bisa sangat tak terduga: di bibir pantai, bisa juga memanfaatkan gedung yang belum selesai.
Di wilayah inilah Biosampler mendaki ketenaran. Para pemujanya menyebut mereka "DJ Underground", sekadar untuk membedakan dengan DJ-DJ top yang biasa unjuk gigi di tempat-tempat mapan, seperti DJ Winky, DJ Anton, DJ Naro, DJ Riri, dan seabrek nama beken lainnya. Mereka mampu membawa sekitar 1.000 clubbers dalam setiap party yang melibatkan mereka.
Biosampler sendiri menyebut mereka sebagai visualisasi jockey. "Kami bisa menampilkan visualisasi jockey dari pukul tujuh malam sampai pukul lima subuh," kata Sulasmoro, seorang "petinggi" Biosampler. Sajian mereka memang agak lain. Pendekatannya tak hanya dentuman audio, melainkan juga video. Mereka pun tak menganyam house music atau progresive music, tapi mengeksplorasi segala macam bebunyian. Hal yang lazim dilakukan para penggiat musik kontemporer.
Adapun stok gambar diambil dari game, browsing di internet, atau dengan bidikan handycam sendiri. "Semuanya kami manipulasi secara halal," kata Moro, panggilan akrab Sulasmoro. Tak hanya menggelitik kuping para clubbers, Biosampler yang beranggota delapan DJ ini juga menggelitik wacana seni kontemporer Indonesia. Mereka diundang untuk tampil dalam pembukaan CP Bienalle 2003, yang disebut-sebut sebagai bienalle terbesar dalam sejarah seni rupa Indonesia.
"Panitianya bilang kami ini adalah terminologi baru untuk new art media. Terdengar keren, ya," kata Moro, sambil terkekeh. Bagi dia, Biosampler biasa-biasa saja. "Kerjanya seperti DJ, tapi digabung dengan video art. Bekal mereka untuk main di multimedia lumayan. Mulanya Biosampler hanyalah komunitas lulusan seni rupa ITB yang hobi ngulik komputer: pintar memanipulasi gambar dan musik. Sampai suatu hari, sebuah event organizer dari Jakarta membuat pesta clubbing bertajuk "Sub Space". Tempatnya bukan di kafe atau klub-klub di hotel berbintang.
"Pertama kali kami menunjukkan visualisasi jockey kami itu di Terowongan ITB," tutur Moro. Saat itulah mereka sepakat membuat nama Biosampler sebagai label komunitas mereka. Mereka terdiri dari Moro, Conat, Pumpung, dan kembarannya, Punjung, Khemod, Iweng, Megadeth, dan Gustaf. "Wah, jangan tanya nama asli mereka ke gue. Yang gue tahu cuma nama panggilannya," kata Moro, sekenanya. Mereka berdelapan ini tinggal serumah di daerah Muararajeun yang disewa sekaligus untuk kantor Biosampler.
Awalnya, Biosampler banyak main di wilayah performance art sampai akhirnya merambah ranah hiburan. "Karena kerja kami tidak sekadar video mixer, kami kemudian mencoba media party live," tutur Moro. Tapi, karena waktu itu klub-klub mapan pada umumnya sudah punya DJ sendiri, lengkap dengan tata lampu untuk suasana, Biosampler mengambil jalan alternatif.
"Awalnya kami membuat party sendiri," kata Moro. Ini dimaksudkan untuk memperkenalkan Biosampler pada komunitas-komunitas underground di Bandung. Karena itu, tempat yang dipilih pun, lagi-lagi, di Terowongan ITB. "Kami lebih suka main di public space," tutur Moro. Ruang yang disulap jadi arena pesta itu membuat armadanya leluasa berimprovisasi.
Mereka mengaku malas main di klub-klub yang sudah mapan. Soalnya, klub-klub seperti ini pada umumnya sudah punya format ruang dan tata lampu. Ini membuat Biosampler kesulitan mengemas art work-nya. Sepanjang sejarahnya, Biosampler pernah main di Perpustakaan British Council, Goethe Haus, Gedung PLN, dan pernah juga main di gedung yang belum rampung pembangunannya di daerah Taman Ria Senayan, Jakarta.
Setelah tenar di kalangan clubber, Biosampler kerap diundang ke berbagai party zone, dan berkolaborasi dengan DJ-DJ tenar lainnya. Mereka juga beberapa kali mendapat kesempatan main di klub-klub seperti Retro di Crowne Plaza Jakarta dan Studio East, Bandung. Setelah sukses jadi "DJ Underground", anak-anak Biosampler dengan label "Cerah Hati" membuat klip video band-band indilabel.
Mereka pun sukses menyabet penghargaan "MTV Video of The Month" lewat video Secret Admirer-nya Mocca. Selain Mocca, Cerah Hati pernah pula menggarap video band Caffein, 7 Kurcaci, Koil, dan Bahamas. "Kami memang banyak mengerjakan klip video band-band underground," kata Moro. Alasannya: pingin jadi bagian subkultur.
Berapa tarif Biosampler? "Kami tak pernah menentukan tarif. Biasanya pentas dibawa teman," ujar Moro. Harga pertemanan itu bisa dipastikan bernilai jutaan rupiah.
Clubbing sekarang ini sudah menjadi industri besar. "Tadinya hanya merupakan subkultur atau underground. Sekarang orang sudah bisa menerima bahwa itu adalah part of society," kata DJ Anton kepada Eric Samantha dari GATRA. DJ kini bukan lagi sekadar hobi. "Bayaran DJ-DJ lokal untuk dua jam aksinya di event-event party berskala besar Rp 3 juta-Rp 6 juta," kata Faried, yang sudah lebih dari dua tahun bergelut dalam industri clubbing scenes ini.
Nilai tawar seorang DJ tergantung kepiawaiannya memikat hati para clubbers. Tak ubahnya pendongeng, ia harus mampu mengantarkan audiens ke dalam sebuah cerita dengan alur yang bisa dinikmati, tak membosankan dan menarik simpati. Kemampuannya memilih lagu, menggabungkan dan menyajikannya kepada publik, akan menentukan harmonisasi hubungannya dengan para clubbers.
Harmonisasi itu pada tataran selanjutnya akan melahirkan sikap loyal para clubbers terhadap DJ-DJ yang dipujanya. Sehingga jangan heran seorang clubber rela melintasi jarak dan waktu hanya demi menikmati musik dan aksi DJ kesayangannya. "DJ yang digemari adalah DJ yang bisa mengerti keinginan crowd (massa)-nya," ujar Faried.
DJ Winky menyebutkan, hubungan antara para clubbers dan DJ jauh lebih erat dibandingkan dengan hubungan sebuah band dengan crowd-nya. Hubungan antara DJ dan crowd lebih cair, langsung dan akrab layaknya teman, sedangkan pendekatan band terhadap crowd cenderung patronising. "Para clubbers adalah urat nadi DJ," tutur Winky kepada GATRA.
Keberhasilan seorang DJ mengantongi antusiasme publiknya dapat diukur dengan jumlah clubber yang turun ke dance floor. "Kalau DJ-nya tak kreatif dan monoton, para clubbers akan memilih duduk, minum, ngobrol, dan pulang. Tak ada respek," ujar Odie, seorang pegawai rumah produksi yang rajin clubbing saban Rabu, Jumat, dan Sabtu setiap pekan.
II.5. MANFAAT ”CLUBBING”
Banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan menjadi anggota dan mengikuti berbagai kegiatan beberapa klub internasional yang memiliki program yang beragam. Lima di antaranya adalah sebagai berikut.
• Pengembangan Keterampilan
Beberapa organisasi memfokuskan diri pada pengembangan keterampilan anggotanya di beberapa bidang. Menurut Bapak Nono Sarwono dan Ibu Laura Rotinsulu dari Toastmasters Indonesia, klub ini memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada anggotanya untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan keterampilan kepemimpinan. Menurut informasi dari situs web masing-masing, Rotary Club dan Lions Club memiliki banyak kegiatan yang menunjang pengembangan keterampilan kepemimpinan. Sedangkan organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, dan organisasi sejenis lainnya memberikan kesempatan dan kegiatan yang menunjang keterampilan di bidang disiplin ilmu yang menjadi fokus kegiatan masing-masing.
• Pengembangan Pengetahuan
Selain keterampilan, organisasi-organisasi nirlaba juga memberikan banyak informasi yang terkait dengan fokus kegiatan mereka. Pengetahuan ini diberikan dalam berbagai bentuk kepada anggota: newsletter yang dibagikan secara periodik, maupun dalam buku-buku dan kaset/CD yang diberikan pada anggotanya pada saat bergabung dengan organisasi tersebut. Media lain yang digunakan untuk meng-update pengetahuan anggota adalah mailing list (melalui internet), e-newsletter, maupun informasi di situs resmi organisasi tersebut.
• Pelatihan
Selain kegiatan dan proyek yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan dan pengetahuan, organisasi-organisasi nirlaba juga sering memberikan pelatihan rutin bagi para anggotanya, terutama mereka yang ingin terlibat aktif dalam kepengurusan organisasi. Pelatihan terkait dengan kepemimpinan organisasi, tips praktis untuk mengelola organisasi, mengembangkan keanggotaan, dan melakukan berbagai kegiatan rutin organisasi. Pelatihan bagi para anggota biasa juga diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota di bidang tertentu yang menjadi fokus kegiatan organisasi, antara lain: kepemimpinan, komunikasi, perencanaan dan evaluasi program kegiatan.
• ”Networking”
Selain mendapat keterampilan, pengetahuan baru, dan mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan kepemimpinan, kita juga bisa memanfaatkan kesempatan untuk networking dengan anggota lainnya, serta masyarakat luas yang berinteraksi dengan organisasi (baik sebagai donatur, sponsor, maupun pihak yang dibantu). Kesempatan melebarkan network pertemanan ini tentunya akan menguntungkan kita, baik secara pribadi maupun dari segi bisnis. Semakin banyak orang yang kita kenal, semakin besar kesempatan yang terbuka bagi kita untuk mendapatkan manfaat dari interaksi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang (misalnya: meluaskan kesempatan menemukan pelanggan baru, sponsor baru, investor baru, ataupun mitra bisnis baru).
• Persahabatan
Sahabat merupakan orang terdekat tempat kita berbagi kesenangan, juga kesedihan. Dengan menjadi anggota organisasi, banyak kegiatan yang kita lakukan bersama-sama anggota lainnya. Dengan melakukan kegiatan dalam tim, dan melakukan kegiatan berorganisasi, kita membuka kesempatan untuk membina persahabatan dengan orang lain (banyak suka-duka yang kita alami bersama yang dapat mempererat hubungan dengan orang lain).
• Kepuasan Batin
Apa yang bisa membuat kita puas? Meraih prestasi dengan memenangkan sebuah kompetisi? Membantu banyak orang dan membuat mereka tersenyum kembali? Semua ini bisa kita dapatkan dari kegiatan organisasi sosial yang kita ikuti. Banyak kegiatan organisasi yang melibatkan kompetisi antar-anggota, antarcabang, dan antarnegara. Kita bisa mengikuti berbagai kompetisi ini baik secara kelompok maupun perorangan. Semakin banyak kompetisi yang kita ikuti, semakin mahir keterampilan kita, dan semakin besar kemungkinan kita untuk memenangkan kompetisi tersebut. Organisasi sosial juga memberikan kesempatan bagi para anggota untuk memberikan kontribusi positif bagi sesama anggota, juga bagi masyarakat sekitar.
KESIMPULAN
Setelah apa yang telah kami lakukan membuat kami tahu secara langsung bagaimana kehidupan dunia clubbers saat ini.Hiburan yang didapat di tempat dugem, merupakan kepuasan tersendiri bagi mereka yang hadir dan menikmatinya serta telah menjadi salah satu dari gaya hidup masa kini. Mulai dari mendengarkan alunan musik yang easy listening, suasana yang nyaman hingga "rutinitas" seperti minum minuman keras dan mejeng menjadi sesuatu hal yang tak dapat dihindari dan dinikmati oleh para penikmat pengunjung tempat hiburan malam .
Kesan
Kesan-kesan kami dalam mengerjakan tugas ini cukup menyenangkan, karena kita bisa praktek langsung ke lapangan. Sejak pertama kita menginginkan untuk mewawancarai clubbers, kita mendapatkan hambatan, yaitu susahnya untuk mengatur waktu kami semua. Selama mengerjakan tugas ini, kami mengalami beberapa suka-duka, tetapi kami menganggapnya itu sebagai pengalaman. Pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan yang ada. Maka untuk itu mohon dapat kiranya diberikan masukan-masukan yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun akan sangat berharga bagi kami.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
• Hidayat Tantan, Bambang Sulistyo, dan Asmayani Kusrini
• [Prayojana, GATRA, Edisi 46 Beredar Jumat 26 September 2003]
• http://www.indonesiaclubbing.com
• http://cybertainment.cbn.net.id/cbprtl/cybertainment/detail.aspx?x=Hang+Out&y=cybertainment%7C0%7C0%7C10%7C201